sektor-konstruksi

Stimulus Suntikan Emiten Konstruksi

Bisnis, JAKARTA — Emiten-emiten sektor konstruksi berpotensi menikmati stimulus pajak penghasilan yang tengah diracik pemerintah. Sentimen itu turut mendorong laju saham BUMN Karya ke zona hijau.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) tergelincir turun 0,51% ke level 6.277,22 pada akhir perdagangan Rabu (17/3).

Saat indeks komposit terkoreksi, empat saham kontraktor pelat merah justru kompak melaju di teritori positif. Saham PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) terapresiasi 4,82% menjadi Rp1.630 pada akhir perdagangan.

Senada, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) menyusul dengan penguatan 3,58% menjadi Rp1.735.Tak ketinggalan, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) naik 3,50% menjadi Rp1.330 dan saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) menguat 3,18% menjadi Rp1.460.

Di luar BUMN Karya, saham kontraktor swasta cenderung stagnan. Misalnya, saham PT Total Bangun Persada Tbk. (TOTL) yang bertahan di level Rp356.

Kendati demikian, saham emiten-emiten konstruksi mayoritas terkoreksi dalam 1 bulan terakhir.

Seperti diketahui, pemerintah sedang merancang ketentuan pajak penghasilan (PPh) bagi sektor jasa konstruksi. Dalam lampiran Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun 2021 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah Tahun 2021, tertulis tarif 1,75% akan diberikan untuk pekerja konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa dengan kualifikasi usaha orang-perseorangan dan kualifikasi usaha kecil diturunkan.

Sebelumnya, kategori ini dikenakan pajak sebesar 2%. Tarif PPh final pekerja konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha atau usaha orang perseorangan dan kualifikasi usaha kecil diturunkan menjadi 2,65% dari sebelumnya 3%.

Tarif PPh untuk konsultansi konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha diturunkan menjadi 3,5% dari sebelumnya 4%.

Sementara itu, pajak untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha tetap 4% dan pajak untuk konsultasi konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha tetap 6%.

Sekretaris Perusahaan PT PP Yuyus Juarsa mengatakan penurunan PPh untuk sektor konstruksi tentunya menjadi kabar baik bagi para pelaku industri.

“Stimulus ini memang diharapkan akan menggairahkan sektor konstruksi. Seberapa besar pengaruhnya masih kami hitung,” kata Yuyus kepada Bisnis, Rabu (17/3).

Senada, Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada Mahmilan Sugiyo Warsana mengatakan rencana pemotongan tarif PPh final untuk sektor konstruksi dinilai bakal meningkatkan arus kas (cashflow) perusahaan kontraktor dalam masa pemulihan ekonomi.

“Setiap ada penurunan tarif pajak, menjadi stimulus bisnis usaha,” imbuh Mahmilan. Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan masih mengkaji sejauh mana pengaruh rencana insentif pajak itu terhadap perseroan.

“Yang jelas memberikan pengaruh yang positif bagi industri konstruksi terutama di masa pandemi ini,” ucapnya.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan pelaku pasar sangat mengapresiasi rencana pemerintah menurunkan 3 dari 5 jenis pajak di sektor konstruksi.

“Market mengapresiasi kebijakan pemerintah dalam menggelontorkan stimulus fiskal ini. Sebelumnya sentimen Indonesia Investment Authority (INA) juga dipandang positif karena akan meningkatkan investasi asing,” kata Nafan.

Menurutnya, konstruksi telah menjadi sektor andalan pemerintah di dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi sehingga pemberian insentif akan menambah tenaga perusahaan kontraktor dalam membangun infrastruktur konektivitas ke depannya untuk mendukung pertumbuhan yang berkesinambungan. “Yang penting juga implementasi di lapangannya nanti,” ujar Nafan.

KINERJA EMITEN

Pada perkembangan lain, PTPP membukukan pendapatan usaha senilai Rp15,83 triliun pada 2020. Realisasi itu merosot 32,84% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp23,57 triliun.

Tekanan pada pos pendapatan pun menggerus laba bersih PTPP pada tahun lalu menjadi Rp128,75 miliar atau turun 84,28% year on year (yoy) dari Rp819,46 miliar pada 2019.

Yuyus mengatakan penurunan pendapatan PTPP terjadi akibat pengaruh dampak pandemi Covid-19. Selain itu, lanjutnya, kebijakan pemerintah yang menggeser (refocusing) anggaran infrastruktur pada 2020 untuk penanganan pandemi turut memengaruhi kinerja perseroan sebagai BUMN kontraktor.

“Semua BUMN mengoreksi target pada tahun lalu, belanja modal [capex] BUMN juga terkoreksi, perolehan proyek juga terkoreksi,” kata Yuyus. Pada 2021, PTPP menargetkan perolehan kontrak baru mencapai Rp30,1 triliun.

Adapun, belanja modalnya dianggarkan sebesar Rp6,2 triliun.Di sisi lain, TOTL menyampaikan telah membukukan kontrak baru senilai Rp26 miliar hingga akhir Februari 2021. Realisasi itu mencapai 1,3% dari target yang dibidik perseroan pada tahun ini senilai Rp2 triliun.

“Perolehan kontrak baru sampai dengan Februari 2021 adalah Rp26 miliar dari proyek pembangunan hotel,” kata Mahmilan. Adapun, Mahmilan optimistis industri konstruksi akan bergeliat lagi pada 2021 terutama apabila program vaksinasi menunjukkan perkembangan positif.

Dalam risetnya, analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya, Fauzan Djamal, dan Ryan Santoso pun mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham-saham konstruksi dengan top picks berdasarkan urutan yaitu WSKT, PTPP, ADHI, dan WIKA.

Inisiasi diskon pajak dinilai bakal menambah katalis positif di sektor konstruksi setelah angin segar beroperasinya INA. Di sektor ini, Tim Analis RHB Sekuritas juga menyoroti perkembangan divestasi aset yang dilakukan BUMN Karya pada awal tahun ini. Salah satu aksi tersebut ialah divestasi ruas tol Medan–Kualanamu–Tebing Tinggi oleh WSKT dan PTPP.

“Kami melihat ini awal yang baik untuk memulai 2021, yang dapat mendorong proyek konstruksi pada 2021 karena asset recycling memperkuat neraca keuangan perusahaan dan melonggarkan pendanaan,” tulis Andrey dan Ryan dalam riset terbaru.

Sumber: Harian Bisnis Indonesia

Share this post

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Need Help? Chat with us